Minggu, 29 Maret 2009

G-20 Solusi Krisis Global?

Pada tanggal 5 Maret 2009 kemarin 20 negara yang terhimpun dalam G-20 mengadakan konferensi untuk membahas kondisi perekonomian global. Negara yang hadir pada saat itu adalah AS, Brazil, Argentina, UE, Jepang, Cina, dan Indonesia. Hasil akhir dari pertemuan yang dihadiri oleh seluruh perdana menteri dan menteri keuangan tersebut membahas tentang solusi bagi negara-negara berkembang agar dapat memiliki likuiditas yang efektif dengan mempertimbangkan perkembangan ekonomi regional.

Di samping itu pada pertemuan tersebut juga di bahas tentang perubahan sistem ekonomi di AS yang menganut paham pasar besar dengan direkomendasikan agar diganti dengan sosialis.

Apa dampak pertemuan tersebut terhadap perkembangan pasar modal?

Prediksi dari perkembangan terakhir membuktikan bahwa sentimen positif dari investor timbul setelah adanya pertemuan tersebut. hal ini dibuktikan dengan meningkatnya harga saham pada indeks psikologis pada tanggal 25 Maret 2009 lalu. Keberadaan ini memang diharapkan masih bisa tetap terjaga dengan mengoptimalisasi pengembangan pada sektor riil dan juga meningkatkan deviden agar animo dari para investor masih terus bertambah pada periode yang akan datang.

Sabtu, 28 Maret 2009

G-20 SOLUSI KRISIS GLOBAL?

Pada tanggal 5 Maret 2009 kemarin 20 negara yang teranngkum dalam G-20 mengadakan konferensi untuk membahas solusi bagi perekonomian global. Negara-negara tersebut meliputi AS, Brazil, Argentina, Jepang, Uni Eropa, dan Indonesia. singkat cerita hasil konferensi tersebut belum dapat memastikan alternatif terbaik bagi krisis global. Beberapa negara berkembang memiliki periode jatuh tempo pembayaran hutang pada tahun 2009.
Kebanyakan negara memilih menarkan agar periode pembayaran hutang ini ditangguhakan 3 tahun lagi (roll over). Hanya saja tawaran ini dianggap sebagai policy yang condong pada keuntungan sepihak dan berdampak resiko kepada negara debitor (roll over risk). Usulan dari beberapa negara anggota G-20 khususnya funding countries menyarankan agar negara-negara kreditor menyelesaikan moneter internalnya dengan meminjam dana pada IDB.